Blogroll

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKHLAK

                                                                              

       Manusia sebagai makhluk yang berakal, dituntut untuk memiliki akhlak yang baik. Untuk itu manusia harus mengupayakan pembentukan dan pembinaan akhlak agar dapat menghiasi dirinya dan menaikkan derajatnya. Dalam pembentukan dan pembinaan akhlak tersebut, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan hal tersebut sangat menentukan dalam keberhasilan seseorang dalam mencapai derajat atau tingkatan yang mulia, baik disisi Allah maupu disisi sesama manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pembinaan akhlak tersebut adalah sebagai berikut.

FAKTOR KETURUNAN

       Faktor keturunan berangkat dari aliran nativisme yang menyakini bahwa perkembangan manusia dipengaaruhi oleh pembawaan yang diterima dari orang tuanya, sedangkan pengalaman atau lingkungan tidak berpengaruh sama sekali. Tokoh aliran ini adalah Arhur scopenheur 1788-1860. Menurut aliran ini, seseorang yang mempunyai bakat yang tinggi dalam music, maka anaknya akan menjadi pemusik yang handal juga. Heriditas dapat juga diartikan sebagai pewarisan ataunpemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui teori genetik.

       Pewarisan genetic dimulai dari pertemuan antara 24 kromosom dari pihak ayah dan 24 kromosom dari pihak ibu. Keempat puluh delapan kromosom itu bercampur dan berinteraksi membentuk pasangan-pasanagan baru. Akibat ini, terjadinya pertemuan Gen-gen pada setiap pasangan kromosom dari ayah dan dari ibu yang memiliki sifat tertentu, dan terjadilah pembentukan dan sekaligus perubahan sifat hereditas. Jadi dasar hereditas dari perbedaan individual adalah adanya kombinasi-kombinasi Gen-gen yang mengakibatkan adanya perubahan-perubahan sifat Gen.

       Berdasarkan teori di atas, dapat ditegaskan bahwa sifat, watak, bakat, kecerdasan, perilaku seseorang adalah dipengaruhi atau dibentuk oleh faktor keturunan, yaitu yang ia wariskan dari kedua orang tuanya. Dengan pewarisan sifat, perilaku, watak dari orang tua kepada anaknya. Jadi seseorang yang memiliki watak, sifat, dan perilaku secara sombong, keras kepala, empati, simpati, dermawan adalah secara umum dapat merupakan warisan dari sifat, watak, dan perilaku orang tuanya.

FAKTOR LINGKUNGAN

       Faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh aliran empirisme adalah kebalikan dari alairan nativisme. Tokok terkemuka aliran ini adalah john lock 1632-1704. Paham utama aliran ini adalah “tabularasa” suatu istilah dari bahasa latin yang berarti lembaran kosong. Paham ini menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan. Dengan kata lain, bahwa perkembangan manusia hanya tergantung kepada lingkungan dan pendidikan, sedangkan pembawaan tidak mempengaruhinya sama sekali. Paham ini mengajarkan bahwa semua anak terlahir dengan keadaan kosong tanpa membawa bakat, intelegensi dan pembawaan. Akan menjadi apa anak itu semuanya tergantung kepada pendidikan dan lingkungan sekitarnya.

       Terdapat pendefinisian lingkungan yang dilakukan oleh westy soemanto, yaitu lingkungan sebenarnya mencakup segala materiil dan stimuli yang berada di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun secara soseokultural.
Secara fisiologis, linkungan meliputi segala kondisi dan materil jasmaniyah dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar indoktrin.

       Sedangkan secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimuli yang diterima oleh individu sejak secara konsepsi, kelahiran sampai kematian. Stimuli misalnya berupa : sifat-sifat Gen, keinginan, selera, perasaan, tujuan-tujuan, kemauan, emosi dan kepasitas intelektual.

       Sedangkan secara sosiokultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dalam perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan dalam kelompok, pergaulan dimasyarakat, belajar, pelatihan pendidikan dan pengajaran.

Dengan demikian lingkungan yang mempengaruhi akhlak seseorang terdiri dari :

Lingkungan keluarga

       Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi ahklak seseorang, karena dalam keluarga pembentukan dan pembinaan akhlak dapat dilakukan. Pendidikan akhlak dalam keluarga dimulai ketika anak mulai melakukan interaksi dengan ayah, ibu dan orang-oarang yang mempunyai hubungan darah terdekat. Kedua orang tua adalah orange-orang yang bertanggung jawab secara penuh terhadap pembentukan dan pembinaan seorang anak. Pepatah mengatakan “ibu (keluarga) adalah madrasah yang utama”. Bedasarkan pepatah ini dapat ditegaskan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang sangat menentukan pembentukan dan pembinaan akhlak, karena dengan baik dan harmonisnya keluarga akan memberikan manfaat besar bagi pembinaan akhlak anak.

       Gambaran keluarga ideal setidaknya digambarkan oleh al-Qur’an, yaitu keluarga Nabi Ibrahim as. Yaitu suatu keluarga yang dalam kesehariannya dilandasi atas iman yang teguh dan rela berkorban yang tinggi yang melampaui semua manusia. Keimanan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim tercermin dengan kepatuhan atas perintah Allah untuk memenuhi perintahnya sesulit dan seberat apapun, mulai dari hijrah dan menempatkan keluarganya (istrinya Hajar dan anaknya Ismail yang masih kecil) di lembah yang sangat tandus gersang, kering tanpa pepohonan yaitu Mekah. Namun berdasarkan keimanan yang kokoh dan menyerahkan total kepada Allah, beliau menuruti dengan ikhlas dan sepenuh hati perintah Allah dengan keyakinan dan do’a bahwa Allah akan memberikan pertolongan dan keberkahan kepada keluarganya tersebut dan lembah gersang yang ditempatinya itu (Mekah). Keyakinan doa Nabi Ibrahim tersebut terbuktikan dikemudian hari ketika lahirnya seorang Nabi pilihan, Rasul terakhir, mausia terbaik yaitu Muhammad Rasulullah saw.

       Kerelaan berkorban yang tertinggi ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim takkala Allah memerintahkannya untuk berkorban menyembelih anaknya. Perintah itu dijalankannya dengan sepenuh hati, keikhlasan yang tinggi dan kepasrahan total pengorbanan Nabi Ibrahim di atas tidak sia-sia, dengan digantikannya Isma’il dengan seekor kambing sebagai tanda diterimanya korban Nabi Isma’il as.

       Sosok Nabi Isma’il juga menunjukkan keimanan dan rela berkorban yang luar biasa. Ia dengan penuh iman, tawakkal dn keikhlasan, menerima perintah Allah kepada ayahnya untuk menyembelih dirinya sendiri untuk memuhi panggilan dan perintah Allah, Nabi Isma’il rela dengan sepenu hati dan keimanan yang kokoh untuk mengorbankan apa saja termasuk nyawa sekalipun.

       Sementara itu, Hajar isteri Nabi Ibrahim sekaligus juga Ibu Nabi Isma’il memperlihatkan sosok isteri dan ibu yang dengan ketaatan dan keimanan yang tinggi menerima perintah berkorban dengan menyembelih anaknya yang sangat dicintainya yaitu Nabi Isma’il, meskipun secara naluriyah yang mantap ia menerima bahkan mendukung suami dan anaknya untuk melaksanakan perintah korban tersebut.

       Keberhasilan Nabi Ibrahim sebagai ayah, Hajar sebagai ibu dan Isma’il sebagai anak melaksanakan perintah Allah di atas bukanlah suatu hal yang mudah dan tanpa aral. Syetan sebagai penggoda dan penghalang menusia berbuat kebaikan berusaha melemahkan iman dan keyakinan mereka untuk mengurungkan niat dan kebeulatan tekat mereka dalam menunaikan perintah berkorban dari Allah. Syetan berusaha keras mendatangi Nabi Ibrahim, Nabi Isma’il dan Hajar untuk menggagalkan mereka berkorban. Namun mereka dapat melewati masa-masa kritis yaitu mengusir dan mengenyahkan syetan yang berusaha menggoda mereka. Peristiwa mengusiran syetan ini dalam ibadah haji diabadikan dalam bentuk ritual jumrah. Demikianlah gambaran keluarga ideal sebagai keluarga yang berhasil melaksanakan perintah Allah, yang dilaksanakan oleh segenap anggota keluarga ayah, ibu, dan anak. Gambaran tersebut dapat dijadikan pelajaran pada saat ini, yaitu bagaimana keluarga muslim harus saling sinergi, berjuang dengan gigih untuk dapat melaksanakan perintah dan tuntunan Allah dalam kesehariaanya.

Lingkungan sekolah

       Lingkungan sekolah tempat dilaksanakan proses pembelajaran oleh guru. Dalam proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh pendidikan islam, yang setidaknya terdapat tiga istilah yang memberikan ciri khas dalam imlemintasi, yaitu sebagai berikut : pertama ta’lim terutama sekali dikemukakan oleh Muhammad Rasyid Ridla, yang mendefinisikan sebagai “suatu proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu” dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang menerangkan kata ta’lim dari akar kata allama seperti dalam al-Qur’an ayat 31. “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika memang kamu orang yang benar”.

       Dalam perspektif Abdul Fatah Jalal, ta’lim pada ayat di atas menekankan dingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam islam. Ia menegaskan bahwa ta’lim lebih ringgi dari pada tarbiyah, karena ketika Rasulullah mengajarkan bacaan al-Qur’an kaum muslimin, beliau tidak sebatas pada upaya agar mereka dapat membaca, tapi lebih dari itu, yaitu membaca disertai penghayatan dan perenungan yang berisi pemahaman, tanggung jawab, dan amanah. Dengan menggunakan cara membaca sebagaimana disebutkan itulah Rasulullah membawa kaum Rasulullah membawa kaum Muslimin pada penyucian jiwa mereka dalam kondisi yang memungkinkan mereka menerima al hikmah.

       Kata kedua yang digunakan dalam pendidikan islam adalah tarbiyah. Kata tarbiyah dirujuk dalam : kata-rabba, yarbu, tarbiyah yang berarti berkembang berdasarkan ayat al-Quran al-Rum ayat 39. Dari akar kata ini, pendidikan islam dapat diartikan sebagai upaya menumbuh kembangkan potensi pada anak didik, rabba, yurbi, tarbiyah, yang berarti tumbuh yang menjadi besar dan dewasa. Dari kata ini pendidikan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menumbuhkan dan mendewasakan anak didik dan rabba yarubbu, tarbiyah yang berarti memperbaiki, merawat, memelihara, memperindah, memberi makan, mengasuh tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestariannya. Dari kata ini pendidikan islam dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam merawat anak didik untuk mencapai kedewasaannya.

0 Response to "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKHLAK"

Contact Form

Name

Email *

Message *

View Blog

wdcfawqafwef